Sejarah Tapak Suci

Pencak Silat adalah seni beladiri Indonesia, yang merupakan budaya bangsa yang luhur dan bermoral, perlu dilestarikan dan dikembangkan serta dijaga dari pengaruh syirik dan menyesatkan yang dapat menodai nilai luhur ajaran yang terkandung di dalamnya. TAPAK SUCI bertekad bulat mengagungkan asma Allah, dan dengan dijiwai sikap jujur, amanah, rendah hati, berakhlaq mulia, mengamalkan ajaran Islam yang bersumber kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah, TAPAK SUCI senantiasa melahirkan kader-kader Muhammadiyah yang cakap, intelektual, tangguh, beriman dan berakhlaq, dan senantiasa siap untuk mengabdikan diri pada Persyarikatan Muhammadiyah, Agama, Bangsa, dan Negara.

Perguruan Seni Beladiri Indonesia TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH, disingkat TAPAK SUCI, adalah perguruan seni beladiri yang berasas Islam, bersumber pada Al Quran dan As Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah, berstatus sebagai organisasi otonom. TAPAK SUCI  memiliki kelengkapan sebagai sebuah organisasi pergerakan, dengan ajaran pencak silat yang bersumber pada aliran TAPAK SUCI yang bersih dari pengaruh syirik dan menyesatkan. TAPAK SUCI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 10 Rabi’ulawal 1383 H atau bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963. Pimpinan Pusat TAPAK SUCI berkedudukan di tempat berdirinya, mempunyai wilayah dan daerah di Indonesia serta Perwakilan di Luar Negeri.

Sejarah TAPAK SUCI sebenarnya dimulai jauh sebelum tahun 1963. Berawal dari aliran pencak silat Banjaran yang dikuasai oleh KH.Busyro Syuhada (lahir tahun 1827), yang bermukim di pesantren di Binorong, Banjarnegara, Jawa Tengah. Dalam sejarahnya, KH.Busyro adalah ulama yang patriotik, tidak menyukai penjajahan, dan berkali-kali menjadi buronan kolonial Belanda. Nama kecilnya adalah Ibrahim. Sekembalinya dari tanah suci Mekkah, beliau berganti nama menjadi KH. Busyro Syuhada.

KH.Busyro Syuhada mempunyai murid diantaranya yaitu; Achyat (H. Burhan), dan M. Yasin (H. Abu Amar Syuhada), dan Soedirman, yang kelak berkiprah dalam dunia milter dan dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Sudirman. KH. Abu Amar Syuhada sendiri adalah murid sekaligus teman seperjuangan KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.

Tahun 1921, dua kakak-beradik asal Kauman, Yogyakarta, A.Dimyati (kakak) dan M.Wahib (adik), belajar pencak kepada KH.Busyro Syuhada (aliran Banjaran), di Banjarnegara. Aliran yang semula berkembang di Banjarnegara, kemudian pindah ke Kauman, Yogyakarta, seiring dengan perpindahan KH.Busyro Syuhada dan H.Burhan.

Pada masa berguru, A.Dimyati dan M.Wahib ditunjuk oleh KH.Busyro untuk berkelana (mengembara), masing-masing ke arah barat (A.Dimyati), dan ke arah timur (M.Wahib) untuk adu kaweruh (adu ilmu), memperdalam ilmu beladiri dan agama, sekaligus berdakwah. Setelah bertahun-tahun berkelana, kemudian keduanya kembali ke Kauman, Yogyakarta.

Pada tahun 1925, atas restu KH. Busyro Syuhada, kedua kakak-beradik A.Dimyati dan M.Wahib mendirikan paguron (perguruan) yang diberi nama Paguron Kauman (Cikauman) yang beraliran Banjaran-Kauman. Pada waktu didirikan, telah digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-murid Kauman, yaitu:
(1). Paguron Cikauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik;
(2). Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara;
(3). Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian. Paguron ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat, dan menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Allah) serta mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.

Perguruan Cikauman melahirkan pendekar-pendekar yang tangguh, seperti misalnya M.Djuraimi pada generasi pertama. Kemudian pada generasi ke-2 tercatat M.Syamsuddin. Setelah tamat, M.Syamsuddin diberi restu untuk membuka perguruan dan mendirikan Paguron Seranoman (Kauman sebelah Utara). Setelah itu berlaku aturan bahwa murid yang telah lulus dari Paguron Seranoman, baru bisa diterima belajar di Paguron Kauman.

Pada generasi ke-3, tampil M.Zahid, pendekar yang dikenal cemerlang akalnya. Sayangnya, beliau tidak sempat membuka perguruan baru, namun begitu sempat melahirkan murid yang sama cermerlangnya, yaitu M. Barie Irsjad.

Generasi berikutnya, tercatat Moh.Djamiat Dalhar, yang tidak asing lagi di dunia olahraga Indonesia sebagai macan bola yang belum ada tandingannya. Pada generasi ini juga tampil Wasthon Sudjak dan M. Bakir Odrus.

Pada generasi ke-5, Ibu Pertiwi mencatat nama dua puluh orang murid Kauman di bawah pimpinan KH.Burhan, yang semuanya adalah anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (APS), yang gugur sebagai kusuma bangsa ketika perlawananan senjata melawan Belanda di belahan barat Yogyakarta. Kelak untuk mewarisi jiwa patriotik itu, TAPAK SUCI membentuk kelompok inti yang terdiri dari 20 orang anggota, yang diberi nama KOSEGU (Korps Serba Guna). Untuk kali pertama KOSEGU secara aktif membantu penumpasan gerakan komunis pada tahun 60-an di Yogyakarta.

Pada generasi ke-6, tercatatlah M.Barie Irsjad, murid dari M.Zahid. Setelah lulus, diberi restu oleh Pendekar M.Wahib untuk menerima murid, lalu mendirikan Paguron Kasegu (di sebelah selatan). Sekalipun melahirkan paguron-paguron yang namanya berbeda, namun kesemua paguron itu berakar pada aliran pencak silat yang sama yaitu aliran Kauman-Banjaran, disamping kenyataan bahwa M.Barie Irsjad memang murid Seranoman, dan juga memang sebagai murid Cikauman.

Pada era Paguron Kasegu inilah, muncul gagasan untuk merealisasikan rencana mendirikan satu perguruan yang melebur serta melanjutkan paguron-paguron yang sealiran itu, yaitu satu perguruan yang berorientasi lebih luas, diorganisir dengan AD & ART, dengan materi latihan yang tersusun, teratur, dan memakai seragam. Gagasan ini disampaikan kepada Pendekar M.Wahib yang kemudian menyatakan bersedia untuk menilai ilmu yang akan diajarkan. Dengan dasar itulah, dan dengan pengertian dan maksud agar ada satu wadah yang menyatukan sehingga tidak selalu melahirkan paguron yang baru, Pendekar Besar A. Dimyati dan M. Wahib merestui bahwa Perguruan TAPAK SUCI adalah sebagai kelangsungan dari Paguron Kauman yang didirikan pada tahun 1925 dan berpusat di Kauman,Yogyakarta.  Pada tahun 1963, murid-murid dari masing-masing paguron inilah yang bahu membahu mempersiapkan kelahiran TAPAK SUCI. Paguron TAPAK SUCI merupakan adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Kauman-Banjaran) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya pada jalan kebenaran.

Untuk merealisasikan rencana pendirian perguruan ini Pendekar M. Wahib mengutus tiga orang muridnya, yaitu: Ahmad Djakfar, Slamet, dan M.Dalhar Suwardi. Kemudian M. Syamsuddin mengirim dua orang muridnya yaitu M.Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Sedangkan enam murid yang berasal dari Kasegu antara lain yaitu Drs. Irfan Hadjam, M. Djakfal Kusuma, Sobri Ahmad, dan M.Rustam. Keseluruhannya ini merupakan murid-murid pada generasi ketujuh, generasi yang berperan ketika TAPAK SUCI didirkan. Murid-murid generasi ketujuh ini mulai berlatih tahun 1957, dengan pembinaan yang dilakukan bersamaan dan berkelanjutan. Maka berdasarkan kenyataan-kenyataan itulah yang akhirnya mengilhamkan gagasan untuk merealisasikan perguruan yang menyatukan murid-murid dari ketiga perguruan, menjadi perguruan yang lebih besar, perguruan yang lebih kuat dan terorganisir, yang tidak lagi berorientasi kampung namun menjadi gerakan yang mendunia.

 

Sumber : Pimpus Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Facebook Comments Box